Reuni Kami (Ikang Fawzi & Marissa Haque)

Dari UI (Universitas Indonesia), (Usakti) Universitas Trisakti, (Unika Atma) Universitas Katolik Atmajaya, (UGM) Universitas Gajah Mada, IPB (Institut Pertanian Bogor), OU (Ohio University), SMA Negri 8, SMA Negri 3, SMP Negri 73, SD Nasional Palembang, Sekolah Indonesia di Tokyo, dan lain sebagainya...

Ikang Fawzi dalam Tahun Pertama di FISIP-Universitas Indonesia

Ikang Fawzi dalam Tahun Pertama di FISIP-Universitas Indonesia
Angkatan '79, Ikang Fawzi dalam Tahun Pertama di FISIP-Universitas Indonesia

Kekasihku dari Dulu hingga Kini, Ikang Fawzi dalam 25 Tahun Hidupku

Kekasihku dari Dulu hingga Kini, Ikang Fawzi dalam 25 Tahun Hidupku
Kekasihku dari Dulu hingga Kini, Ikang Fawzi dalam 25 Tahun Hidupku

Reuni Pertautan Hati Kami, Setahun Dua Kali Merayakan Pernikahan (Ikang & Icha)

Reuni Pertautan Hati Kami, Setahun Dua Kali Merayakan Pernikahan (Ikang & Icha)
Dalam Setahun Dua Kali Ikang Fawzi & Marissa Haque Merayakan HUT Pernikahan, yaitu Pernikahan pada: (1) 3-7-1986; dan (2) 12-4-1987

Ikang Fawzi dalam "Panggil Aku Valina" (Karya adjie Soetama)

Berumah Tangga's Style Addie MS dan Ikang Fawzi dalam REUNI 2010

Berumah Tangga's Style Addie MS dan Ikang Fawzi dalam REUNI 2010
Serupa Tapi Tak Sama, Pasca 25 Tahun Berikutnya, Gaya Berumah Tangga's Style dari Addie MS dan Ikang Fawzi

Minggu, 22 Agustus 2010

Ikang Fawzi Garap Album Bareng Addie MS dalam REUNI

Ikang Fawzi Garap Album Bareng Addie MS dalam REUNI

Ayah Ikang & Panggung Musik Pemuda Tahun 1984: Marissa Haque di Cafe Halaman, Bandung

Sebelum tampil dipanggung Sabuga ITB bersama grup REUNI, suamiku Ikang Fawzi menggigil berat karena demam akibat sakit thypusnya belum sembuh.

Memaafkan segala kesalahannya dalam berinteraksi dengan teman-teman lamany yang sempat menorehkan luka dalam dihatiku. Ikhlas... bismillaaaah...

Ada yang menarik dari kejadian di Bandung saat itu. Yaitu ketika saya dan Ridha (salah seorang vokalis REUNI) menemukan poster Panggung Musik Pemuda tahun 1984 diruang belakang sang pemilik Cafe Halaman--yang juga pemilik studio musik tempat Ikang Fawzi suamiku latihan sebelum manggung. Didalam poster tersebut ada nama Ikang Fawzi suamiku sebagai salah seornag penyanyi muda andalan yang kala itu sedang naik daun. Ketika poster tersebut kutunjukkan padan suamiku, ada semburat rasa bahagia kulihat pada wajahnya.

Memang musik adalah nafas hidup suamiku. Namun diusia kami berdua yang sudah tidak muda lagi, adakalanya REUNI yang dinikmatinya menostalgiakan seluruh kejadian dimasa lalu yang tak selamanya kusetujui. Termasuk berbagai pertemuan Ikang fawzi suamiku dengan mantan calon istri yang dulu sangat dicintainya bernama Christine Panjaitan. Termasuk juga kesukaan Vina Panduwinata sahabat suamiku yang sangat hobi menggerayangi seluruh bagian tuibuh suamiku kalau dia sedang bercanda dan berdiskusi dengan suamiku. Kebiasaan buruk VIna yang takl kusuka tersebut dilakukan kala saya ada maupun sedang tidak ada bersama Ikang. Sangat menyebalkan!

Duh! Vina Panduwinata bukan tipe perempuan yang peka hati serta peka perasaan. Walau saya adalah salah seorang penggemar lagu dan suaranya, namun disaat tertentu saya merasa benar-benar tak menyuakainya! Selain mengangap dirinya selalu sebagai the centre of universe, Vina saya duga tak pernah peduli bahwa lelaki didalam aksinya itu adalah suami orang! Sementara istri dari lelaki tersebut ada yang merasa terhina dan marah besar seperti yang apa sedang saya rasakan saat ini.

Ah... sudahlah... dunia ini tidak seperti selembar daun kelor. Apalagi sedang dibulan Ramadhan penuh berkah ini. Semoga saja semuanya dimaafkan-Nya... Allahu Akbar!

Photo: Ayah Ikang yang Demam Kena Thypus & rasa Kasihku padanya: Marissa Haque

Panggung Pertemuan Reuni Ikang Fawzi dengan Sang Mantan Membuat Marissa Haque 'Ngambek'

Biasanya kalau Icha sedang ngambek karena masih saja sering merasa cemburu dengan mantan saya bernama Christine Panjaitan–yang sama sekali sudah tidak ada didalam kepala maupun dihati saya–saya akan putarkan lagu "Cintaku yang Pasti Satu".

Sumber: http://ikangfawzi.blogdetik.com/

Dengan sebuah lagu sebagai ‘a tool’ berjudul “Cintaku yang Pasti Satu” tersebut, biasanya tak lama kemudian hatinya akan kembali mencair dan kembali melembut. Lalu biasanya Icha juga akan kembali memberikan senyum termanisnya. Bisanya juga diiringi kata-kata sejuk dengan kemesraan komplit khasnya berbalut bahasa kasih. Dan kemampuan itu setahu saya hanya Icha yang memilikinya. That’s my girl!

Sampai menjadi istri saya selama hampir seperempat abad, cerita kami ternyata masya Allah, masih sama saja. Masih dengan cemburu lama yang sangat basi! Tapi Icha adalah memang perempuan tercantik serta terbaik yang pernah saya miliki.

Mata indah Icha adalah inspirasiku dalam berkarya, tak ada yang mampu menyamai. Terutama tatapan matanya yang sejak dahulu selalu mengguncang hati. Terutama bila Icha sembari membuai dengan tutur-sapa lembutnya. Karenanya dari dulu hingga kini, bila sudah begitu, saya yakini tak akan ada pria yang tidak akan jatuh hati padanya. Tentulah termasuk saya sebagai salah satu pria yang bertekuk lutut dihadapannya. Cintaku pol sama Icha!

Bahkan lagu terbaru yang saya ciptakan berjudul “Marry Me” bersama para ipar dalam BIL (Brother in Law) adalah persembahanku untuk dirinya. Marissa Haque, my Icha, adalah sang gadis bermata indah dalam syair lagu ciptaanku. Tak mungkin itu untuk Christine Panjaitan, yang selama ini selalu saja menjadi bahan pertanyaan Icha yang sangat melelahkan untuk saya jawab! Icha istriku memang sangat rajin dan mahir didalam melakukan banyak penelitian sosial-kemasyarakatan. Termasuk penegakan hukum, dan pendidikan anak cacat, serta lain sebagainya. Sehingga saya selalu merasa tidak nyaman setiap merasa Icha mulai menjalankan semacam in-depth-interview sebagai ‘data primer’ dia. Tentu saya akan merasa deg-degan takut salah jawab pada pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan–baik secara terus terang maupun melingkar. Saya kan suami dia bukan objek penelitian sosialnya! Lagi pula Icha istriku sangat tahu, padanan syair terkait mata indah dalam lagu tersebut terkait dengan bentuk mata indah miliknya, yang tidak sebanding dengan mata milik mantanku.

Bahwa cintaku yang pertama dan terakhir sebenarnya adalah untuk Icha, karena kualitas cinta-kasih kami berdua berada jauh diatas apa yang pernah saya alami bersama Chris!

Kalimat “…’tuk yang pertama dan terakhir” yang seperti ‘itu’ sebagaimana saya maksudkan didalam menciptakan syair lagu “Marry Me,” adalah ‘kebersamaan’ saya yang sangat berkualitas dengan Icha. Bukan dengan perempuan manapun didunia ini!

Bahwa Chris bisa menyanyi yah memanglah, bahwa dulu saya menyintainya karena selain berkulit putih dia juga bersuara merdu, ya iyalah! Tapi itu kan dulu, sebelum saya bertemu Icha! Kalau saja Icha saat itu kuliah di UI dan dia berusia setua Chris, maka tentunya bilamana saya dihadapkan dengan dua pilihan harus memilih diantara Chris dan Icha. Maka terus terang apa adanya… Demi Allah dan demi Rasulullah, saya yakini saya akan jauh lebih tertarik kepada Marissa Haque, karena dia lebih unggul dalam banyak hal dibandingkan Christine Panjaitan mantanku itu. Sumpah! Wallahi…

Saya berharap tulisan ini membuat hati Icha istriku lega. Karena setelah kami bermasalah besar diakibatkan salah satu acara arahan Sys NS dan Ida Arimurti bertajuk “Zona Memori ” (dulu Zona 80). Dimana didalam acara yang on air pada tanggal 7 Februaru 2010 di Metro TV lalu, terdapat pengakuan Rinto Harahap terkait dengan seluruh proses penciptaan lagu-lagunya. Salah satunya adalah pengakuan Bang Rinto langsung, bahwa lagu-lagu yang dinyanyikan oleh salah satu penyanyi andalannya bernama Christine Panjaitan pada kurun tahun 1983-1989-an terkait dengan pengalaman cinta dan kehidupan dirinya. Yang kemudian mampu dihayati Christine dengan sangat baik sesuai dengan kehampaan jiwa dan kesedihan derita cinta dan Mama-nya (bernama Nurmala Sitompul)!

Sehingga Icha istriku merasa bahwa jawaban Bang Rinto Harahap secara terbata-bata–karena pasca stroke tersebut–adalah jawaban atas riset longitudinal istriku terhadap objek penelitiannya. Siapa objek penelitian Icha? Siapa lagi kalau bukan mantan ‘rival’nya seorang penyanyi melow, yang telah benar-benar menjadi masa lalu saya saat di UI dulu! Sumpah janjiku pada Icha dari dulu hingga kini dan tak berubah, hanya satu… yang pasti satu tak mungkin lagi kubagi… Ah! Icha… Icha… Icha… I Love You full my Love. Hanya satu kamu…

Seharusnyalah lagu “Cintaku yang Pasti Satu “ saya pikir akan membuat banyak perempuan manapun dibelahan bumi ini akan merasa menjadi the one and only. Menjadi spesial begitu…

Kamis, 19 Agustus 2010

Diusia Tua Vina Panduwinata, Jangan Lagi Menggoda Suami Orang: Marissa Haque Fawzi

sakit-hati-istri-ikang-fawzi-marissa-haque-pada-vina-panduwinata-dalam-upaya-tempel-payudara-di-dada-ikang-fawzi-suaminya-di-acara-e2809codysseye2809d-nya-memes-addie-ms_640x479
Vina Panduwinata 20 Tahun Lebih Muda
Yulia Dian - hotMusic

Vina Panduwinata (ebi/hot) Jakarta - Penyanyi Vina Panduwinata kembali menggelar konser tunggal untuk yang kedua kalinya. Dalam konser tiga jam itu, Vina tampak 20 tahun lebih muda.

Konser yang digelar di Plenary Hall, JCC, Senayan, Sabtu (17/5/2008) itu dibuka sekitar pukul 20.30 WIB. Addie MS, selaku konduktor, bersama Twilite Ochestra membuka konser dengan musik 'September Ceria'.

Menjelang lagu ke-4, Vina membawakan lagu 'Dia' yang pernah dibawakan ulang oleh Reza Artamevira. Lagu tersebut dinyanyikan Vina di tahun 80-an.

Penyanyi yang hampir berusia 50 tahun itu berganti kostum di atas pentas usai menyanyikan lagu 'Si Bogel' karya sahabatnya almarhum Dodo Zakaria. Ia melepas gaun panjang ungunya dan sebuah gaun berwarna silver dengan belahan dada rendah membalut tubuhnya yang kini lebih langsing.

"Kalau nggak seksi, apa yang mau dilihat. Umur sudah mau 52 tahun lho. Wow tua banget ya," canda Vina dengan suara manjanya.

Dengan gaun barunya, Vina sempat meneteskan air mata, saat melihat foto-foto Dodo terpajang di layar. Ia pun membawakan sebuah lagu bersama almarhum Chrisye yang suaranya ditampilkan melalui minus one.

Suasana duka beralih menjadi ceria, ketika satu-persatu personel Rumpies naik pentas. Trie Utami, Atiek CB dan Malida membantu Vina melantukan lagu andalan 'Nggak Jelas.' Sayang sound jadi kendala. Di lagu tersebut suara Rumpies tidak terdengar. Setelah mengulur waktu dengan mengobrol hampir 10 menit, mereka terpaksa membawakan lagu 'Nurlela' hanya dengan satu mike yang dipakai bergantian.

Rumpies, turun panggung, Afgan muncul menyanyikan 'Biru'. Ia juga berduet dengan Vina dalam 'Bahasa Cinta.' Lagu 'Begitulah Cinta' yang sebenarnya tak ada di skenario, jadi bonus penampilan dua generasi yang berbeda umur itu.

"Jangan ngiri ya," ujar Vina seraya menggandeng tangan Afgan. "Afgan membuat mama Ina muda kembali nih," lanjutnya centil.

Tak puas dengan Afgan, Vina meminta seorang pria dari penonton untuk menemaninya di pentas. Entah beruntung atau naas, sang penonton malah curi-curi kesempatan. Terhitung hingga lima kali, ia berhasil mengecup pipi Vina mesra. Belum lagi adegan peluk yang mengundang tawa.

'Di Dadaku Ada Kamu,' 'Aku Makin Cinta' dan 'Cinta Indonesia,' menutup konser tunggal Vina dengan meriah. Sekitar pukul 23.30 WIB, pertunjukkan yang memenuhi Plennary Hall itupun berakhir. (yla/rac)

Jumat, 13 Agustus 2010

Reuni Fastabiqul Khairat Marissa Haque Istri Ikang Fawzi

Fastabiqul Khairat

pemuda-integritas-tangsel-bersatu-achmad-suwandhi-marissa-haque
''Berlomba-lomba dalam kebaikan.'' Ajaran Islam itu terus dipegang teguh Hj. Marissa Haque Fawzi. Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang public figure menjadi duta ekonomi syariah, Duta Waqf Fund Indonesia, menjadi pengajar tamu diberbagai univesitas negeri maupun swata, wanita kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur 15 Oktober 1962 itu masih menyempatkan diri aktif dalam berbagai kegiatan hukum-gender-sosial-kemasyarakatan, serta pelatihan leadership/kepemimpinan. Hj. Marissa Haque Fawzi juga menekankan arti pentingnya memulai sebuah kegiatan dengan hati bersih, langkah kanan serta dimulai dengan tujuan hablum minallah serta hablum minannas tanpa dana korupsi. Hj. Marissa Haque Fawzi juga selalu mengingatkan didalam pelatihan-pelatihannya, bahwa korupsi di Indonesia sudah semakin kronis yang diduganya dilakukan dengan cara sangat sistemik. Mulai dari oknum yang pernah Berjaya dimasa lalu sampai dengan oknum yang dikarbit oleh sisa rezim masa lalu dengan memakai dana APBD yang memaksakan menjadi pemimpin disuatu daerah.

Hj. Marissa Haque Fawzi berkiprah dan mendedikasikan dirinya dalam beragam kegiatan kepemudaan positif, yang bersifat independen maupun ormas dan orsospol. Seperti misalnya membina para: ikatan pemuda NU (Nahdatul Ulama), ikatan pemuda Muhammadiyah, ikatan pemuda Katolik, ikatan pemuda Budha, ikatan pemuda Hindu, ikatan pemuda Kristen Protestan, dalam Pemuda Integritas Tangerang Selatan. Juga bimbingan belajar bagi siswa dan siswi SMU agar mampu menebus universitas tertentu di Tangerang Selatan, membina sudaut taman bacaan di masjid-masjid Tangerang Selatan, peduli lingkungan hidup sesuai dengan pendidikan terkhirnya program Doktor dari IPB Bogor, pemanfaatan sampah organic bekerjasama dengan wilayah administratiftetangga di Kabupaten Tangerang, daur ulang plastik hingga memiliki nilai ekonomi, hingga membina beberapa majelis taklim diseluruh Tangerang Selatan.

Keikhlasan Hj. Marissa Haque Fawzi dalam berbagai kegiatan itu merupakan bentuk fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan), sesuai dengan judul blogdetik.com yang telah dibinanya sejak 3 (tiga) tahun lalu. Bahkan menurut beberapa pemuda binaan Hj. Marissa Haque Fawzi judul blog-nya tersebut sempat juga digunakan oleh mantan wakil Presiden JK di blog asuhan kelompoknya pada http://kompasiana.com saat kampanye lalu. Termasuk juga salah satu sosok yang tengah sangat berambisi menjadi pemimpin di Tangerang selatan dalam blog-nya dialamat yang sama dengan diatas dan Koran Republika Jumat.
tangsel-bersatu-achmad-suwandhi-marissa-haque

Kepedulian Hj. Marissa Haque Fawzi untuk berkiprah dengan membangun kualitas kemanusiaan yang telah sejak mulai aktif di politik dimulainya melalui beragam organisasi. Kedua orangtuanya secara aktif dan terstruktur memang telah mempersiapkan ketiga buah hatinya yang kebetulan perempuan semua dengan sangat baik. Apalagi dalam konteks hubungan sosial-kemasyarakatan, aktivitas yang selalu dilakukannya selama hidup merupakan salah satu warisan yang selalu diajarkan dan ditanamkan kedua orangtua dan kakek-neneknya yang terkait dengan penyebaran dakwah agama Islam.
''Sejak kami bertiga kecil kedua orang tua kami juga selalu mengajarkan bahwa tangan kita harus selalu di 'atas' dan mampu menciptakan pekerjaan bagi masyarakat disekitar kita (entrepreneurship)'' ungkapnya. Dengan niat tersebut selalu didengungkan ketelinga ketiga gadis kelaurga Haque agar selamanya ber-fastabiqul khairat. Hj. Marissa Haque Fawzi ber-nazar, bahwa seluruh aktivitasnya terkait dengan ummat dan memanusiakan kemanusiaan yang dilakukannya dengan keikhlasan tinggi, dapat memberi manfaat untuk masyarakat banyak serta lingkungan hidup di Tangerang Selatan.

Ibu dua putri buah cinta dengan Ahmad Zulfikar Fawzi (Ikang Fawzi) ini bernama Isabella Mulaiwati Fawzi/Bella (23 tahun) dan Marsha Chikita Fawzi/Kiki (22 tahun) itu mengaku sudah mulai terlibat dengan seluruh kegiatan organisasi seni sosial dan kemasyarakatan sejak duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) diberbagai daerah mengikuti ayahnya yang bekerja di Pertamina Pusat.

Ketika menimba ilmu di bangku SMP negeri 73 tebet Timur kelas 2, kemampuan berorganisasi dan kepemimpinannyanya mulai diasah lewat Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Pramuka, dan berhasil membawa nama harum bagi sekolahnya memenangkan lomba Senam pagi Indonesia tingkat Jakarta Selatan. Hj. Marissa Haque Fawzi tampil pada usianya yang ke 14 tahun sebagai pemimpin kontingan SMP 73 Tebet Timur. Padahal ia masih kelas 2 (dua) dan harus memimpin kakak kelas dari kelas diatasnya. Selain aktif di OSIS, pada saatsekolah disekolah unggulan terbaik se Indonesia yaitu SMA negri 8 Bukit Duri Jaksel, Hj. Marissa Haque Fawzi juga tergabung dalam kelompok kesiswaan OSIS, Paskibraka, kegiatan dunia tulis-menulis Mading, dan Organisasi kesenian Swara Maharddhika pimpinan salah satu anak proklamator RI Bung karno bernama Guruh Soekarnoputra. Mulai terkenal sebagai bintang iklan ditelevisi Madonna Acne Lotion pada acara Mana Suka Siaran Niaga TVRI, lalu terpilih menjadi pemeran utama dalam film “Kembang Semusim” arahan sutradara MT Risyaf yang memberikan Piala Citra pemeran utama terbai bagi aktris Mieke Wijaya pada tahun 1981 di FFI Surabaya, Jawa Timur.

ikang-fawzi-marissa-haque-mesra-di-tangerang-selatan-banten
''Saat kuliah, Hj. Marissa Haque Fawzi aktif di Senat Mahasiswa sekarang dikenal dengan Badan Eeksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Islam, sembari tetap sebagai foto model, peragawati, serta aktris film'' Menurutnya, sebagai seorang hamba Allah ia tidak bisa hanya mencari dunia saja, apalagi kemudian namanya semakin meroket ketika apda tahun 1985 di FFI (Festifal Film Indonesia) yang dilaksanakan di kota Bandung ia dinominasikan sekaligus pada dua judul film sebagai peeran pembantu wanita terbaik dalam film: “Serpihan Mutiara retak” arahan sutradara Wim Umboh dan “Tinggal Landas buat Kekasih” arahan sutradara Sophan Sophiaan.

Lalu dirinya terpilih sebagai model terbaik se asia Tenggara untuk iklan mobil Toyota Astra dan terpilih sebagai salah satu model iklan sabun Lux Internasional. Hj. Marissa Haque Fawzi memutuskan untuk menjalani hidup dengan keseimbangan. Ia aktif mengasah pengetahuannya dalam ilmu Islam melalui seorang musrsyid bernama KH. Jakasuria asal Banten di Pulo Raya, Kebayoran baru, Jakarta Selatan bersama beberapa public figure dunia perfilman nasional papan atas kala itu. Semisal almarhum Sjumanjaya berserta istrinya kala itu Zoraya Perucha, adik almarhum bernama almarhum Sjumantiasa, Artaria St Takdir Alisyahbana teman mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/sekarang salah seorang pemilik Majalah IslamNoor, dan masih banyak lain sebagainya.

Hj. Marissa Haque Fawzi kemudian menjadi sedikit ‘keranjingan’ belajar ilmu Tasawuf serta ilmu La Duni terkait dengan social kemasyarakatan. Karenannya Hj. Marissa Haque Fawzi percaya bahwa memberi bimbingan kearah kebaikan serta keselamatan dunia dan akhirat serta memberi teladan sebagai sebuah contoh nyata adalah menjadi obsesi utamanya pada usianya yang ke 47 ditahun 2010 ini. Upayanya menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama, seperti yang diajarkan Rasulullah SAW dengan setiap hari mengatakan hal yang benar walau pahit sekalipun. “Balighu ‘ani walau ayah,” kata Hj. Marissa Haque Fawzi secara fasih.

Ia pun hari ini secara intensif ditengah kesibukannya menyelesikan S2 nya yang ‘kesekian’ memperdalam bahasa Arab dan kaligrafi Islam dalam lukisan. Hj. Marissa Haque Fawzi pun tak lupa mengajak beberapa teman perempuan dari majelis taklim yang dibinanya terlibat dalam kemampuan membuat lukisan kaligrafi Islam ini. Sesuai pengalaman sejak kecil, diaman Hj. Marissa Haque Fawzi mengaku digembeleng dalam keluarga yang sangat relijius serta penuh disiplin tinggi. Ayahnya, Allen Haque berdarah Belanda-Perancis-India/anak dari seorang India Islam akuntan publik Konsulat Jendral India di Surabaya asal Lucknow Uttar Pradesh bernama Siraj Ul Haque yang menikahi seorang misionari Katolik dari Belanda untuk Surabaya (belum ditahbis/dibaiat) berdarah Belanda-Perancis bernama Charlotte Louis Poittier yang kemudian masuk Islam mengikuti agama suaminya. Allen Haque yang berwarganegara Indonesia ini lalu bekerja pada perusahaan minyak multinasional sejak dari nama Shell, BPM, Permina, sampai Pertamina. Sedang ibunya adalah seorang bumi putra asli Jawa Timur, yang berkerabat dengan salah satu pendiri Nahdatul Ulama dari Madura. R Ay Mieke Soeharijah adalah seorangbsekrtaris senior diperusahaan yang sama yang menguasai 4 (empat) bahasa asing. Yang sejak menikah memiliki beberapa usaha rumahan dan menularkan jiwa entrepreneurship serta kepekaan sosial tinggi kepada ketiga putrinya: Marissa Grace, Soraya Jasmine, Shahnaz Natasha.

Asia Pacific Best Actrees di Taipei pada tahun 1987 ini bersyukur bahwa berkat pendidikan dari kedua orangtua serta kakek-neneknya, ia mampu berhasil menjalani seluruh perangkap kehidupan duniawi ini dengan menapaki hidup dengan keseimbangan Yin dan Yang. Pendidikan hidup dan kehidupan yang ditanamkan kedua orangtua dan kakek neneknya lah, yang kini ditransferkan kepada kedua buah hatinya. Dimana Bella Fawzi alumni FIB-UI/Fakultas Budaya Universitas Indonesia jurusan Satra Inggris dan sekarang mahasiswi FISIP-UI/Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia jurusan Komunikasi telah mulai menapaki karir sebagai reporter, Engslish news anchor, dan wartawati pada grup RCTI bernama Global TV. Sementara si bungsu Chikita Fawzi, kini tengah menyelesaikan pindidikan akhir di Malaysia pada MMU (Malaysian Multi Media University) di Cyberjaya, Malaysia, dimana sebagai salah seorang animator andalan serial “Upin dan Ipin” produksi Lez Copaque, Malaysia, sejak bulan lalu telah berhasil menembus Disney Channel International. Program serial “Upin dan Ipin” tersebut kini didub kedalam bahasa Inggris. Sehingga pemirsa serial tersebut dari seluruh dunia mampu menangkap the message of Islam dalam bentuk Entertainment. Hj. Marissa Haque Fawzi bersama suaminya H. Ikang Fawzi selalu menanamkan kepada buah hatinya untuk berbagai ilmu dan kemashlahatan dengan orang lain. Pada saat-saat tertentu, Hj. Marissa Haque Fawzi dan suaminya tak lupa mengajak kedua putrinya disaat libur bersama ke tempat kerja dan berbagai kegiatan sosial. ''Mudah-mudahan apa yang selama ini dilakukan dengan keikhlasan tinggi dapat menjadi cerminan buat seluruh anak-anak Indonesia dimanapun berada.''

Hj. Marissa Haque Fawzi melanjutkan tausiah-nya bahwa Islam adalah kebersihan luar dan dalam, tidak menipu dan tidak mengambil hak orang lain, tidak munafik dan mengatakan apa yang terbaik dijalan Allah walau halk tersebut sangat pahit bagi yang tersinggung. Mampu berserah diri, percaya dengan recana-Nya, setia kepada pasangan hidup, dan menjalani apa yang ada dengan ikhtiar sebaik-baiknya. Premis kehidupannya didalam 'jalan' membingkai politik dengan hukum adalah sangat syar’i, serta menjujurkan keadilan dalam koridor perjuangannya untuk Banten, adalah keikhklasan tinggi yang kini dirasakannya mulai tidak berjalan sendirian lagi.

Insya Allah adalam waktu dekat seluruh elemen masyarakat yang telah sadar akar sebuah kekuatan jahat sebuah dinasti yang ingin menguasai hajat hidup orang banyak bersama bangkit untuk mempertahankan kemashlahatan yang sempat terampas untuk dikembalikan kejalan yang benar.
''Dibulan suci Ramadhan ini marilah kita semua berserah diri dan percaya kepada rencana-Nya semata", ujar Hj. Marissa Haque Fawzi dengan lembut. Mari lakukan seluruh upaya kbaikan bagi Tangerang selatan dengan nawaitu beribadah hanya kepada Allah. Dengan tetap berkiblat kepada Islam sebagai pedoman hidup agar mampu selamat di dunia dan akhirat.
Fastabiqul khairat … mari berlomba-lomba menuju kebaikan. Demikian tausiyah satu jam penuh oleh Hj. Marissa Haque Fawzi di Masjid al Birruni Wattaqwa, Parung Benying, Tangerang Selatan belum lama ini.
Oleh: Chaerani Ruslani, Majelis Taklim Al Birruni Wattaqwa (Fatayat NU, Tangsel).